Yesus Dimahkotai Duri

Yesus Dimahkotai Duri

Dalam Kehendak Bapa Aku melewatkan hari-hari penuh dukacita mendalam tanpa mengeluh, melainkan menerima apa yang Bapa kehendaki Aku rasakan. Ketika Aku ditangkap di Taman, para pendakwa-Ku amat fasih dengan segala dusta mereka dan Aku, tanpa perlawanan sedikitpun, membiarkan mereka membawa-Ku ke manapun mereka kehendaki. Dan ketika mereka hendak memahkotai kepala-Ku dengan mahkota duri, Aku menundukkan Kepala-Ku tanpa perlawanan, sebab Aku mengambil semuanya dari tangan-tangan Dia yang telah mengutus-Ku ke dalam dunia.

Ketika tangan-tangan para manusia yang keji itu telah kehabisan tenaga dalam mendaratkan pukulan-pukulan ke atas Tubuh-Ku, mereka menempatkan di atas kepala-Ku mahkota yang dianyam dari ranting-ranting duri, dan berbaris di hadapan-Ku, mereka mengatakan: “Jadi Engkau adalah Raja? Kami menghaturkan hormat kepada-Mu!”

Sebagian meludahi-Ku; yang lain menistakan-Ku; yang lain lagi mendaratkan pukulan-pukulan baru ke kepala-Ku; masing-masing menambahkan kesakitan yang baru pada Tubuh-Ku, begitu menyakitkan dan meremukkan.

Aku lelah capai; tiada tempat bagi-Ku untuk beristirahat. Pinjamilah Aku hatimu dan pelukanmu agar Aku dapat membenamkan DiriKu dalam kasihmu. Aku kedinginan dan demam; peluklah Aku barang sejenak sebelum mereka mulai lagi menghancurbinasakan bait Kasih ini.

Para prajurit dan para algojo, dengan tangan-tangan mereka yang kotor, mendorong-dorong Tubuh-Ku, dan yang lain dengan rasa jijik terhadap Darah-Ku, menusuk-nusuk-Ku dengan tombak-tombak mereka dan mengoyakkan kembali daging-Ku. Dengan suatu sorongan kuat mereka mendudukkan-Ku di atas batu-batu yang tajam; Aku menangis dalam bisu sebab rasa sakit yang hebat. Dengan cara yang aneh sekali, mereka memperolok airmata-Ku. Dan akhirnya, mereka mengoyakkan kedua pelipis-Ku, dengan menekan turun mahkota yang dianyam dari ranting-ranting duri.

Renungkanlah bagaimana dengan mahkota itu, Aku hendak mengadakan silih bagi dosa kesombongan dari begitu banyak jiwa-jiwa yang, gila terhadap sanjungan, membiarkan diri dipengaruhi oleh pendapat-pendapat sesat dunia. Di atas segalanya, Aku membiarkan mereka memahkotai Kepala-Ku dengan duri-duri. Kepala-Ku menanggung sengsara keji seperti ini demi silih melalui kerendahan hati secara sukarela bagi kebencian dan kemunafikan begitu banyak jiwa-jiwa. Jiwa-jiwa yang karena mereka menilai sebagai tak pantas bagi keadaan dan status mereka, menolak untuk mengikuti jalan yang ditetapkan oleh Penyelenggaraan-Ku.

Tak ada satu jalan pun yang merendahkan apabila jalan itu dirancangkan oleh Kehendak Tuhan…. Sia-sia kalian bermaksud menipu diri kalian sendiri, dengan berpikiran bahwa kalian mengikuti Kehendak Tuhan dan dalam penyerahan penuh atas apapun yang Ia kehendaki dari kalian.

Ada orang-orang di dunia yang, ketika tiba saat penentuan (untuk mengarungi kehidupan baru), merefleksikan dan memeriksa keinginan-keinginan hati mereka. Mungkin mereka akan mendapati dalam dia – dengan siapa mereka berencana untuk bersatu – dasar yang kuat bagi kehidupan Kristiani yang saleh. Mungkin mereka melihat bahwa mereka akan melaksanakan tugas kewajiban keluarga mereka dalam suatu cara yang diperlukan demi mencapai pengharapan mereka akan kebahagiaan. Tetapi kesia-siaan dan kesombongan datang mengaburkan semangat mereka dan mereka membiarkan diri diseret oleh hasrat menjadi seorang yang terpandang dan terkemuka. Lalu mereka sedapat mungkin mencari seseorang, yang lebih kaya atau lebih tinggi status sosialnya, demi memuaskan ambisi mereka. Oh! Betapa mereka bertegar tengkuk dalam membutakan diri. Tidak, akan Aku katakan kepada mereka, kalian tidak akan menemukan kebahagiaan sejati di dunia ini dan Aku berharap kalian akan menemukannya di kehidupan selanjutnya. Waspadalah, kalian menempatkan diri kalian dalam bahaya besar!

Aku juga akan berbicara kepada jiwa-jiwa yang Aku panggil ke jalan kesempurnaan. Betapa banyak mimpi dalam diri mereka yang mengatakan kepada-Ku bahwa mereka siap untuk melakukan Kehendak-Ku dan kemudian mereka menusuk Kepala-Ku dengan duri-duri dari Mahkota-Ku.

Ada jiwa-jiwa yang Aku kehendaki bagi DiriKu Sendiri. Karena Aku mengenal mereka dan mengasihi mereka, Aku ingin menempatkan mereka di mana Aku tinggal, dalam kebijaksanaan-Ku yang tidak terbatas, di mana mereka akan menemukan segala yang diperlukan demi mencapai kekudusan. Di sanalah Aku akan menyatakan DiriKu kepada mereka, dan di sanalah mereka akan memberi-Ku lebih banyak penghiburan, lebih banyak kasih, dan lebih banyak jiwa-jiwa.

Tetapi, betapa banyak muslihat! Begitu banyak jiwa-jiwa dibutakan oleh kesombongan dan kepongahan demi ambisi semata. Mereka memenuhi kepala mereka dengan pemikiran-pemikiran yang sia-sia dan tak berguna; mereka menolak untuk mengikuti jalan yang dirancangkan Kasih-Ku.

Jiwa-jiwa yang Aku pilih, adakah kalian pikir bahwa kalian melakukan Kehendak-Ku dengan menolak suara rahmat yang memanggil kalian dan membimbing kalian sepanjang jalan yang ditolak oleh keangkuhanmu?

Puteri-Ku, kekasih dari dukacita-Ku, hiburlah Aku. Buatlah sebuah mahkota dalam hatimu yang kecil bagi Raja dan Juruselamat-mu dan mahkotailah Aku dengan kecupan.

Dengan bermahkotakan duri dan berbalutkan mantol ungu, para prajurit menghadirkan-Ku lagi di hadapan Pilatus. Tiada mendapati dalam DiriKu suatu kejahatan pun agar ia dapat menjatuhkan hukuman atas-Ku, Pilatus mengajukan beberapa pertanyaan, menanyakan kepada-Ku mengapa Aku tidak menjawabnya meski tahu bahwa ia memiliki segala kuasa atas-Ku.

Lalu, memecahkan kebisuan-Ku selama ini, Aku katakan kepadanya: “Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Tetapi haruslah digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci.” Dan, berserah Diri kepada Bapa Surgawi-Ku, Aku diam membisu kembali.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *