Yesus Melakukan Kehendak Bapa

Yesus Melakukan Kehendak Bapa

Dari Passio-Ku, di atas segalanya Aku ingin kalian merenungkan kepahitan yang disebabkan oleh pengenalan-Ku akan dosa-dosa, yang menggelapkan akal budi manusia, menghantarnya pada penyelewengan. Hampir selalu dosa-dosa ini diterima sebagai buah dari kecenderungan alami yang, katanya, tak dapat dilawan oleh kehendak diri sendiri. Sekarang ini, banyak yang hidup dalam dosa berat, mempersalahkan orang-orang lain atau takdir, tanpa kemungkinan melepaskan diri dari dosa. Aku melihat ini di Getsemani dan Aku tahu akan kejahatan besar yang akan harus ditanggung jiwa-Ku. Begitu banyak yang sesat seperti itu dan betapa Aku menderita bagi mereka!

Karenanya, dengan teladan-Ku membasuh kaki mereka dan menjadi Makanan mereka, Aku mengajarkan kepada para Rasul-Ku untuk saling mendukung satu sama lain. Waktunya telah tiba bagi Putra Allah yang menjadi Manusia dan Penebus umat manusia, di mana Ia akan menumpahkan Darah-Nya dan menyerahkan Nyawa-Nya bagi dunia.

Pada saat itu Aku rindu untuk berada dalam doa dan menyerahkan DiriKu pada Kehendak BapaKu…. Pada saat itulah Kehendak-Ku sebagai manusia menaklukkan penolakan alami atas sengsara hebat yang disediakan bagi-Ku oleh Bapa Kita, yang seperti kalian lihat jauh lebih menderita dibandingkan Aku Sendiri. Kemudian, di antara jiwa-jiwa sesat itu, Aku mempersembahkan Jiwa-Ku Sendiri demi memulihkan apa yang telah menjadi rusak. Kemahakuasaan-Ku dapat melakukan segalanya, tetapi Aku menghendaki ketiadaan, dan ketiadaan ini, Aku Sendiri yang mempersembahkannya dengan Kasih yang tak terbatas.

Passio-Ku … betapa suatu jurang kepahitan tanpa dasar di mana ia menceburkan diri!

Betapa amat kelirunya ia yang yakin bahwa ia memahaminya, namun hanya memikirkan sengsara dahsyat Tubuh-Ku.

Puteri-Ku, telah Aku sediakan bagimu penglihatan-penglihatan lain akan tragedi-tragedi paling dalam yang Aku alami dan yang rindu Aku sharingkan kepadamu sebab engkau adalah salah seorang dari mereka yang diberikan Bapa kepada-Ku di Taman.

Jiwa-jiwa terkasih, belajarlah dari Teladan kalian bahwa satu-satunya hal yang perlu, bahkan meski kodrat kalian memberontak, adalah mempersembahkan dirimu sendiri dengan rendah hati dan berserah diri demi menggenapi Kehendak Allah.

Aku juga hendak mengajarkan kepada jiwa-jiwa bahwa segala tindakan yang penting haruslah dipersiapkan dan disemangati kembali dengan doa. Dalam doa, jiwa diperkuat dalam menghadapi hal-hal yang paling sulit dan Tuhan berbicara dengan jiwa, memberinya nasehat, dan mengilhaminya bahkan meski jiwa tidak menyadarinya.

Aku mengasingkan diri ke Taman bersama tiga dari antara Murid-murid-Ku, untuk mengajarkan kepada mereka bahwa ketiga Kuasa jiwa hendaknya menyertai dan menolong mereka dalam doa.

Ingatlah, dari benak kalian, manfaat-manfaat ilahi, kesempurnaan Allah: Kebaikan-Nya, Kuasa-Nya, Kerahiman-Nya, dan Kasih-Nya kepada kalian. Sesudah itu, lihatlah dengan pemahaman mengenai bagaimana menanggapi perbuatan-perbuatan ajaib yang telah Ia lakukan bagi kalian…. Melalui doa, dalam retret dan keheningan, ijinkanlah kehendak kalian digerakkan untuk melakukan terlebih banyak dan terlebih baik bagi Tuhan, dan untuk mengabdi bagi keselamatan jiwa-jiwa, entah dengan sarana karya apostolik kalian atau dengan cara hidup kalian yang bersahaja dan tersembunyi.

Rebahkanlah diri kalian [= prostratio] dengan rendah hati sebagai makhluk-makhluk ciptaan di hadapan Pencipta mereka, dan muliakanlah rancangan-Nya atas kalian, apapun itu, dengan mempersembahkan kehendak kalian pada Yang Ilahi.

Dengan cara ini Aku mempersembahkan DiriKu Sendiri untuk menggenapi karya penebusan dunia. Ah! Betapa saat itu ketika Aku merasakan segala sengsara itu atas-Ku, sengsara yang akan Aku tanggung dalam Passio-Ku: fitnah, cerca, dera, tendangan, Mahkota Duri, dahaga, Salib….

Semua itu berlalu di hadapan mata-Ku pada saat yang sama derita dahsyat itu menyayat Hati-Ku; pelanggaran-pelanggaran, dosa-dosa, kekejian yang akan dilakukan seturut berjalannya waktu. Dan tidak saja Aku melihatnya, melainkan Aku merasa dihimpit dengan segala kengerian itu, dan dalam keadaan inilah Aku mempersembahkan DiriKu Sendiri kepada Bapa SurgawiKu demi memohon Belas Kasihan.

Puteri kecil-Ku, Aku mempersembahkan DiriKu sebagai sekuntum bunga bakung demi menenangkan amarah-Nya dan meredakan murka-Nya. Namun demikian, dengan begitu banyak kejahatan dan begitu banyak dosa, kodrat manusiawi-Ku mengalami suatu sakrat maut hingga tahap mencucurkan keringat darah.

Adakah mungkin sengsara ini dan Darah ini sia-sia belaka bagi begitu banyak jiwa? … Kasih-Ku adalah sumber Passio-Ku. Jika Aku tidak menghendakinya, siapakah gerangan yang akan dapat menyentuh-Ku? Aku menghendakinya dan dalam menggenapinya, Aku menanggungkan yang paling keji di antara manusia.

Sebelum sengsara, Aku tahu dalam DiriKu segala derita dan Aku dapat mengevaluasinya sepenuhnya. Tetapi kemudian, ketika Aku menghendaki menderita, di samping segala pengetahuan dan penilaian penuh, Aku memiliki perasaan manusiawi atas segala sengsara. Aku menanggung semuanya.

Berbicara mengenai Passio-Ku, Aku tak dapat mengungkapkannya secara terlebih mendetail. Di lain waktu Aku telah melakukannya dan kalian tak dapat memahaminya. Karena kodrat manusiawi kalian, kalian tidak dapat mulai memahami tingkat kedahsyatan sengsara yang Aku derita.

Ya, Aku menerangi kalian, tetapi Aku tinggal dalam batas yang tak dapat kalian lampaui. Hanya kepada BundaKu seorang Aku menyingkapkan segala sengsara-Ku, itulah sebabnya ia berduka jauh lebih dahsyat dari siapapun.

Tetapi, pada hari ini dunia akan tahu lebih banyak dari yang telah Aku ijinkan hingga saat ini, sebab BapaKu menghendakinya demikian. Karena alasan itu, seberkas kasih tumbuh subur dalam Gereja-Ku sebab segala peristiwa silih berganti yang membawa-Ku dari Taman ke Kalvari. Lebih dari kepada siapapun juga, Aku menyatakan Passio-Ku kepada mereka terkasih yang ada bersama-Ku di Taman. Mereka dapat menceritakan sesuatu yang akan mengubah pemikiran para peziarah pada masa kini. Dan jika mereka dapat, hendaknyalah mereka melakukannya. Itulah sebabnya mengapa engkau harus menuliskan segala yang Aku katakan kepadamu, puteri kecil, bagimu dan bagi banyak orang lain, demi penghiburan bagi jiwa-jiwa dan demi Kemuliaan Tritunggal Mahakudus yang menghendaki agar sengsara-Ku di Getsemani diketahui.

Jiwa-Ku berduka hingga ajal. Sementara duka atas kondisi jasmani yang tidak baik dapat mengakibatkan kematian, Aku mengalami dukacita rohani, yang terdiri atas ketiadaan sama sekali pengaruh ilahi dan adanya kepiluan yang menyayat hati akan sebab-musabab Passio-Ku.

Dalam RohKu, yang berduka hingga ajal, muncul segala macam alasan yang mendorong-Ku untuk membawa Kasih ke bumi. Yang terutama adalah pelanggaran-pelanggaran terhadap sengsara ilahi-Ku sebagai manusia, namun dengan kesadaran sebagai Allah. Kalian tidak akan dapat menemukan penderitaan macam ini sebab manusia yang berdosa mengerti, dengan terang-Ku, bagian yang berhubungan dengannya dan banyak kali, dengan tidak sempurna, ia tidak melihat seperti apa dosa itu di hadapan-Ku. Oleh karena itu, jelaslah bahwa hanya Tuhan yang dapat mengetahui beratnya suatu pelanggaran yang dilakukan terhadap-Nya.

Namun demikian, manusia sepatutnya dapat mempersembahkan pengetahuan penuh, penderitaan sejati, dan tobat kepada Allah, dan Aku akan membiarkan manusia melakukannya bilamana ia menghendaki. Aku melakukan ini sesungguhnya dengan mempersembahkan pengetahuan-Ku yang telah berkarya dalam DiriKu, manusia, seorang manusia yang menanggung pelanggaran-pelanggaran terhadap Allah.

Inilah kehendak-Ku: bahwa melalui Aku, pendosa yang bertobat akan mempunyai cara untuk mempersembahkan kepada Tuhan-nya pengetahuan akan pelanggaran yang telah dilakukannya, dan bahwa Aku, dalam Keilahian-Ku, juga akan menerima pengetahuan penuh akan apa yang telah ia lakukan terhadap-Ku.

Cukuplah untuk hari ini, engkau tidak tahu betapa engkau telah menghibur-Ku apabila engkau memberikan dirimu kepada-Ku dengan penyerahan diri sepenuhnya…. Tidak setiap hari Aku dapat berbicara kepada jiwa-jiwa…. Ijinkanlah Aku menyampaikan kepadamu, untuk mereka, rahasia-rahasia-Ku!… Ijinkanlah Aku mempergunakan hari-harimu siang dan malam!

Aku berduka hingga ajal sebab Aku dapat melihat di mana-mana timbunan besar pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan. Dan jika untuk satu pelanggaran Aku mengalami suatu kematian yang tak terperi, seberapakah yang akan harus Aku alami untuk gabungan dari segala macam pelanggaran? “Jiwa-Ku berduka hingga ajal.…” suatu dukacita yang menyebabkan lenyapnya segala kekuatan dalam DiriKu; suatu dukacita yang berpusat dalam Aku yang Ilahi, di mana berkumpul himpunan kesalahan-kesalahan dan kebusukan jiwa-jiwa yang dirusakkan oleh segala macam kejahatan. Karena alasan itu, Aku pada saat yang sama adalah sekaligus sasaran dan anak panah – sebagai Tuhan, sasaran; dan sebagai manusia, anak panah. Segera setelah Aku menanggungkan segala dosa ke atas DiriKu, Aku menghaturkan diri di hadapan BapaKu sebagai satu-satunya pelanggar. Tidak akan ada dukacita yang terlebih dahsyat dari ini, dan Aku menghendaki untuk menanggung semuanya, demi Kasih kepada Bapa dan demi Belas Kasihan kepada kalian semua.

Jika tidak menaruh perhatian pada masalah ini, manusia akan merenungkan dengan sia-sia makna dari kata-kata ini, yang mencakup segala hakekat-Ku sebagai Tuhan dan Manusia. Lihatlah Aku dalam tahanan roh yang teramat besar ini. Tidakkah Aku layak mendapatkan cinta jika Aku bergulat dan menderita sengsara begitu hebat? Tidakkah Aku layak mendapati makhluk-makhluk ciptaan berharap pada-Ku sebagai andalan mereka, mengetahui bahwa Aku memberikan DiriKu sepenuhnya tanpa menahan sedikitpun? Minumlah kalian semua dari sumber kebaikan-Ku yang tiada habis-habisnya. Minumlah! Aku persembahkan kepada kalian segenap penderitaan-Ku di Taman; serahkanlah penderitaan kalian kepada-Ku, segenap penderitaan kalian. Aku hendak menjadikan penderitaan kalian suatu rangkaian bunga violet, yang keharumannya terus-menerus ditujukan pada Keilahian-Ku.

“Ya BapaKu, jikalau Engkau mau, ambillah Cawan ini daripada-Ku; tetapi bukanlah Kehendak-Ku, melainkan Kehendak-Mu-lah yang terjadi.” Aku katakan ini dalam puncak kepahitan, ketika beban yang ditanggungkan atas-Ku telah menjadi begitu dahsyat hingga JiwaKu mendapati dirinya dalam kegelapan yang tak terperi. Aku mengatakannya kepada Bapa sebab, dengan mengenakan segala kesalahan itu, Aku menghadirkan DiriKu di hadapan Bapa sebagai satu-satunya pendosa melawan Dia, yang segala Keadilan Ilahi-Nya dilaksanakan. Dan perasaan direnggut dari Keilahian-Ku, hanya kemanusiaan-Ku saja yang tampak di hadapan-Ku.

Ambillah Cawan ini dari pada-Ku, ya Bapa-Ku, Cawan teramat pahit yang Engkau sodorkan di hadapan-Ku, dan yang Aku terima demi Kasih kepada-Mu ketika Aku datang ke dunia ini. Aku telah sampai pada tahap di mana Aku bahkan tidak lagi mengenali DiriKu Sendiri. Engkau, ya Bapa, yang mengasihi Aku, telah menjadikan dosa sebagai warisan-Ku dan ini menjadikan kehadiran-Ku di hadapan-Mu menjadi tak tertahankan. Kedurhakaan umat manusia telah Aku ketahui, tetapi bagaimanakah Aku akan dapat bertahan melihat DiriKu seorang diri? Ya TuhanKu, berbelaskasihanlah atas kesendirian hebat yang harus Aku tanggung. Mengapakah Engkau bahkan hendak meninggalkan Aku? Jika demikian, bantuan apakah yang akan dapat Aku temukan dalam keterasingan yang sedemikian rupa? Mengapakah Engkau juga menyerang-Ku seperti ini pula? Ya, Engkau merenggut Aku daripada-Mu. Aku merasa bagai turun ke suatu jurang yang sedemikian hingga Aku bahkan tak mengenali tangan-Mu dalam situasi yang begitu tragis itu. Darah yang mengucur dari Tubuh-Ku memberikan kesaksian kepada-Mu akan ketakberdayaan-Ku di bawah tangan-Mu yang penuh kuasa.

Demikianlah Aku berseru; Aku jatuh tersungkur. Tetapi kemudian Aku melanjutkan: Adillah, ya Bapa yang Kudus, bahwa Engkau memperlakukan-Ku seturut kehendak-Mu. Hidup-Ku bukanlah milik-Ku, melainkan milik-Mu sepenuhnya. Aku tak menginginkan Kehendak-Ku yang terjadi, melainkan Kehendak-Mu. Aku telah menerima kematiaan di Salib, Aku menerima juga seolah-olah kematian Keilahian-Ku.

Sungguh adil. Semuanya ini akan Aku persembahkan kepada-Mu dan, sebelum segala sesuatunya, Aku akan mempersembahkan kepada-Mu kurban bakaran Keilahian-Ku, yang mempersatukan Aku dengan Engkau. Ya, Bapa, dengan Darah yang Engkau lihat, Aku meneguhkan persembahan-Ku dan penerimaan-Ku: Kehendak-Mu-lah yang terjadi, bukan kehendak-Ku….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *