Ducita Perawan Maria

Ducita Perawan Maria

Banyak nabi berbicara mengenai aku: mereka menubuatkan bahwa adalah perlu bagiku menderita agar layak menjadi Bunda Allah. Di bumi mereka mengantisipasi pengenalan akan aku, tetapi harus dengan cara yang amat hati-hati. Di kemudian hari para penulis Injil berbicara mengenai aku, teristimewa Lukas, dokterku terkasih – lebih sebagai dokter rohani daripada jasmani. Sesudah itu, mulai dipraktekkan beberapa devosi yang didasarkan pada sengsara dan dukacita yang aku derita. Demikianlah, secara umum diyakini dan dipercayai bahwa aku mengalami tujuh duka utama.

Anak-anakku, Bundamu telah mengganjari dan akan mengganjari segala daya upaya dan kasih yang kalian tujukan kepadaku. Tetapi seperti yang Yesus lakukan, aku ingin berbicara kepada kalian secara lebih panjang lebar mengenai dukacitaku. Kemudian, kalian akan berbicara kepada saudara-saudaramu mengenainya, dan pada akhirnya semua orang akan meneladani aku. Oleh karena apa yang aku derita, aku terus-menerus memuliakan Yesus dan tiada mencari suatupun selain hanya agar Ia dipermuliakan dalam aku.

Lihat, anak-anak kecil, sungguh sedih berbicara mengenai hal-hal ini kepada anak-anakku sendiri, sebab setiap ibunda menyimpan dukanya hanya bagi dirinya seorang. Dan ini aku lakukan dengan patuh sepanjang hidup duniawiku; sebab itu, kerinduanku sebagai seorang ibunda dihormati oleh Tuhan. Sebab sekarang aku di sini, di mana senyuman adalah abadi, dan setelah, seperti semua ibu lainnya, menyimpan rapat segala dukacita yang aku derita, aku harus berbicara mengenainya agar sebagai anak-anakku, kalian dapat mengetahui sesuatu mengenai hidupku.

Aku tahu akan buah-buah yang akan kalian peroleh darinya dan bagaimana itu akan menyenangkan Yesus, Putraku terkasih. Aku akan berbicara mengenainya begitu kalian dapat memahamiku.

Yesusku mengatakan, “Siapa yang pertama, hendaknyalah menjadikan dirinya yang terakhir,” dan Ia sungguh melakukannya sebab Ia adalah yang pertama dalam Rumah Allah, tetapi Ia turun hingga ke tingkat yang paling akhir. Sekarang, demi kasih, aku tidak akan mengambil daripada-Nya tempat yang pertama dan yang terakhir ini yang adalah milik-Nya. Melainkan, aku akan berusaha membuat kalian memahami kebenaran ini, dan sukacitaku akan bertambah apabila kalian meyakininya, bukan melalui jalan pengetahuan sepintas, tetapi melalui sarana-sarana keyakinan yang berakar kuat dan mendalam. Kiranya Ia menjadi yang pertama dan kita yang terakhir.

Jika Ia adalah yang pertama, maka pastilah ada yang kedua dalam jenjang kasih dan kemuliaan dan; karenanya, dalam kerendahan hati dan kesahajaan. Kalian sekarang telah mengerti: bahwa itu adalah aku. Anak-anak kecil, muliakanlah Tuhan yang menciptakan suatu jarak yang amat jauh antara Yesus dan aku, namun demikian masih menghendaki untuk menempatkanku segera sesudah Dia.

Anak-anakku, apa yang tampak kepada dunia bukanlah apa yang paling penting di hadapan Tuhan. Dipilih sebagai Bunda Allah mendatangkan atasku kurban yang berat dan penyerahan diri yang total, dan yang pertama adalah ini: mengetahui melalui Gabriel pilihan yang ditetapkan dalam persatuan dengan Tuhan. Aku senantiasa rindu untuk tinggal dalam keadaan bersahaja dan tersembunyi dalam Tuhan. Aku menghendaki ini lebih dari segala yang lain sebab adalah sukacitaku untuk mendapati diriku sebagai yang terakhir dalam segala hal.

Setelah mengetahui pilihan Allah, aku menjawab, seperti yang kalian ketahui, tetapi sungguh sulit untuk naik ke martabat ke mana aku dipanggil.

Anak-anak kecil, adakah kalian mengerti dukacita pertamaku yang aku bicarakan ini? Renungkanlah mengenainya, berilah Bundamu sukacita besar dalam menjunjung kesahajaan yang begitu aku junjung tinggi bahkan melebihi keperawananku. Ya, aku dulu dan sekarang adalah hamba dari Dia kepada siapa segala sesuatu dapat dimohonkan, dan aku menerimanya hanya karena penyerahan diriku setara dengan kasihku.

Engkau bersuka, ya Tuhan, dalam meninggikan aku kepada-Mu, dan aku bersuka menerimanya oleh sebab ketaatanku berkenan kepada-Mu. Tetapi Engkau tahu bagaimana aku berduka karenanya, dan duka yang sama itu sekarang ada di hadapan-Mu, memohon terang bagi anak-anak ini, yang Engkau kasihi dan yang aku kasihi. Aku adalah hamba, wahai anak-anakku, dan seperti itu terjadi padaku, biarlah sekarang, tanpa ragu, terjadilah pada kalian segala yang Tuhan kehendaki!

Kesediaanku memberikan kepada Tuhan jawaban yang akan memperolehkan bagi manusia jalan kepada Penebusan, dan di dalamnya digenapilah kata-kata yang mengagumkan itu: “Inilah seorang Perawan yang akan mengandung dan melahirkan seorang Putra yang akan dinamai Imanuel.”

Kesediaan untuk menjadi Bunda Imanuel, melibatkan pemberian diriku kepada Putra Allah dengan suatu cara begitu rupa di mana BundaNya akan memberikan dirinya sendiri kepada-Nya, sebelum Kemanusiaan Yesus terbentuk dalam aku. Itulah sebabnya mengapa pemberian diriku adalah akibat dari Rahmat, dan juga sebab bagi Rahmat. Dan yang terlebih penting untuk diketahui adalah bahwa Tuhan adalah sebab yang terutama; namun demikian, perlu ditegaskan bahwa kesediaanku bertindak dalam rancangan Rahmat adalah sebab yang menyertai.

Mereka menyebutku Co-Redemptrix (= Penebus Serta) karena dukacita yang aku derita; tetapi aku memang Co-Redemptrix, bahkan sebelumnya, oleh sebab pemberian diri yang aku lakukan melalui Gabriel. Oh, Putra ilahiku! Betapa besar kehormatan yang hendak Engkau berikan kepada BundaMu sebagai kompensasi atas dukacita dahsyat yang aku derita dalam menaikkan diri ke martabat sebagai BundaMu!

Kalian, anak-anak kecil, buta dalam dunia, tetapi ketika kalian melihat, hal-hal yang mengagumkan akan menjadi pembangkit sukacita kalian bagiku. Kalian akan melihat betapa persatuan antara kemuliaan dan kerendahan hati ada di sini di mana Yesusku adalah matahari yang tak pernah tersembunyi. Kalian akan melihat bagaimana bijaksananya suatu rancangan dilaksanakan melalui penyangkalan diriku, hingga ke tingkat tersembunyi.

Tetapi sekarang, dengarkanlah aku. Sementara keibuanku mulai berlangsung, aku harus berbicara kepada beberapa dari orang-orang yang aku kasihi mengenai kehormatan yang telah aku terima dan aku melakukannya dengan menyembunyikan sebanyak mungkin. Aku menangisi kemenangan atas penyangkalan diri tinggal tersembunyi dalam Allah sebab Allah Sendiri harus dipermuliakan dalam aku.

Namun demikian, segera saja aku bersukacita mengetahui bahwa aku dikenali sebagai seorang ibunda di antara begitu banyak perempuan. Jiwaku bersukacita sebab Hamba Tuhan, yang sedapat mungkin menghendaki hanya kerendahan hati, diinjak-injak di hadapan dunia. Ketika Yosef bersembunyi, aku tidak sedih, aku sungguh bersukacita. Janganlah katakan bahwa aku menderita pada waktu itu, sebab tidaklah benar demikian.

Demikianlah bagaimana Tuhan memuaskan kerinduanku akan kerendahan hati. Inilah kompensasi Tuhan atas kesediaanku menjadi Bunda Allah: dianggap sebagai seorang perempuan jalang. Puteri, pelajarilah pegetahuan akan kasih, belajarlah untuk menjunjung tinggi kerendahan hati yang suci, dan janganlah takut sebab kerendahan hati adalah suatu keutamaan yang bersinar dengan cahaya yang kemilau.

Tidak ada masalah bagiku ketika perkawinan dilangsungkan. Aku tahu bagaimana nantinya dan aku tidak takut apapun. Sungguh, Tuhan memberikan kepada mereka yang memberikan diri seutuhnya kepada-Nya, suatu tempat yang sempurna dalam situasi-situasi yang paling tidak menentu, seperti yang tengah aku hadapi: Aku dipaksa oleh kewajiban manusia untuk menikahi seorang laki-laki, bahkan meski aku tahu bahwa aku hanya dapat menjadi milik Allah.

Aku menanggung begitu banyak penderitaan di bumi! Aku yakinkan kalian, tidaklah mudah menjadi Bunda yang Mahatinggi. Namun demikian, tidak juga dapat disebut sulit apa yang dilakukan demi maksud dan tujuan yang paling suci dan demi menyenangkan Tuhan. Ingatlah itu!

Adakah pernah terpikir oleh kalian apa yang menyebabkan dukacitaku yang paling mendalam pada Malam Kudus itu di Betlehem? Kalian mengacaukan pikiran kalian dengan kandang, dengan palungan, dan dengan kepapaan. Aku katakan kepada kalian, sebaliknya, aku melewatkan malam itu dalam ekstasi penuh akan Putraku. Dan meski aku harus melakukan apa yang dilakukan oleh setiap ibu kepada anaknya yang kecil, aku tidak meninggalkan ekstasiku, sukacitaku. Jadi, satu-satunya hal yang menyebabkanku berduka pada malam kasih itu adalah melihat penderitaan Yosefku yang malang dalam mencarikan sebuah tempat bernanung, tempat apapun itu, bagiku. Sadar akan apa yang akan terjadi dan Siapa yang akan datang ke dunia, suamiku terkasih, yang melihatku bingung, menjadi berduka dan aku sangat bersimpati padanya. Kemudian, kami dipenuhi dengan sukacita dan kami lupa akan segala kekhawatiran.

Kami mengungsi ke Mesir dan semua yang mungkin, telah dikatakan mengenai hal ini, meski sebagian orang memusatkan permenungan mereka lebih pada kepenatan dalam perjalanan dari pada kecemasan seorang ibunda yang tahu bahwa ada padanya harta pusaka paling berharga di Surga dan di Bumi.

Kemudian tinggal di Nazaret, Yesus kecil bertumbuh besar penuh daya hidup dan, pada masa itu, Ia jarang dan nyaris tak pernah membuat kami khawatir. Setiap ibunda tahu bagaimana rasanya berharap bagi kesehatan anaknya sendiri, dan bagaimana suatu hal yang amat remeh tampak sebagai suatu awan yang hitam kelam. Putraku melewati segala epidemi dan penyakit kanak-kanak pada masa itu. Sama seperti setiap ibunda, aku tak dapat kebal terhadap kekhawatiran-kekhawatiran yang ditanggung hati seorang ibunda.

Tetapi, suatu hari datanglah awan yang amat hitam kelam yang menyelimuti pesta cahaya Bunda Allah. Awan hitam kelam itu adalah kehilangan Yesus…. Tak seorang penyair pun seorang ahli jiwa dapat membayangkan Maria kala ia mengetahui bahwa ia kehilangan Putra yang dipujanya dan tiada kabar berita mengenai-Nya hingga tiga hari kemudian…. Anak-anak kecil, janganlah terkejut akan kata-kataku, aku mengalami kekalutan yang terdahsyat sepanjang hidupku. Kalian tidak cukup merenungkan kata-kataku ini: “Nak, bapa-Mu dan aku mencarimu selama tiga hari. Mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami?” Tuhan-ku, sekarang sementara aku berbicara kepada anak-anak terkasih ini, aku tak dapat berhenti memuliakan Engkau. Engkau yang menyembunyikan diri demi membuat kami merasakan sukacita menemukan Engkau. Oh! Dengan cara lain bagaimanakah dapat mungkin mengetahui kemanisan segelas penuh madu yang dicurahkan ke dalam jiwa sementara jiwa memeluk Allah-nya?

Kalian lihat, aku juga menceritakan kepada kalian mengenai sukacitaku; tetapi bukanlah tanpa alasan aku menceritakannya dan menjalin bersama sukacita dengan dukacita. Tariklah manfaat, sebaik mungkin, dari segala yang terjadi. Tuhan bersembunyi agar ditemukan. Sebagian orang mengenali kebenaran ini, lainnya yang berpikir mengenai kesedihan hebat atas kehilangan Yesus, melakukan segalanya demi menemukan-Nya. Janganlah kalian tinggal diam dan dikuasai duka.

Bundamu hendak menyelamatkanmu dari berkutat dengan begitu banyak hal yang masih akan dikatakan. Pertama, ada hal-hal yang tidak pernah dimaklumkan dan, karenanya, belum dipahami. Kedua, dengan mengetahuinya, kalian akan bergabung denganku dalam permenungan-permenungan sengsara dan dukacita. Di samping itu, segala yang dikehendaki Yesusku, telah dikatakan tanpa ada pertentangan apapun.

Adakah kalian pikir aku melewatkan kehidupan keluarga kami dengan damai di Nazaret? Memang damai dalam keutamaan selaras dengan kasih Tuhan. Tetapi dari pihak makhluk-makhluk ciptaan, ada begitu banyak masalah!

Cara hidup kami yang unik, diperhatikan orang; dan sebagai akibatnya kami dijadikan bahan olok-olok orang banyak. Aku dianggap berlebihan karena kenyataan bahwa apabila Yesus meninggalkan rumah, aku tak dapat membendung airmataku, dan Yesus kerap kali pergi. Yosef ditertawakan seolah ia adalah budak Yesus dan budakku. Apakah gerangan yang dapat dimengerti dunia? Kami menyerahkan segala penyelenggaraan kepada Dia yang tinggal di antara kita, yang dipuja dalam segala gerak laku-Nya.

Betapa Anak itu sungguh seorang Putra yang terkasih; lebih tampan dari samudera, lebih bijak dari Salomo, dan lebih kuat dari Simson. Segenap para ibu pastilah akan suka mengambil-Nya daripadaku; begitulah daya tarik yang menyertai-Nya. Mereka yang berpikiran sempit melindungiku dengan penilaian-penilaian yang menenangkan; tetapi, mereka tidak membiarkan kritik lepas dari bapa yang tak kenal lelah, yang mereka anggap tunduk pada isterinya yang setia namun pencemburu. Semua orang tahu akan perilakuku, tetapi mereka semua menganggapnya sebagai perilaku yang tak patut dan mementingkan diri sendiri.

Inilah, anak-anak kecilku, yang tidak diketahui. Ini terjadi antara dunia yang tak dapat melihat pun mengerti, dengan BundaNya yang Tersuci. Yesus tinggal diam, tanpa membesarkan hatiku, sebab Bunda Allah harus melalui pencobaan, yakni, sebagai seorang perempuan di antara banyak orang yang pendapat-pendapatnya tidak pantas diperhitungkan.

Kagumilah Kebijaksanaan Tuhan dalam hal-hal ini dan temukanlah makna ilahinya, yang memadukan keluhuran teragung dengan ujian-ujian yang terlebih menyakitkan dalam hubungannya dengan keluhuran yang demikian, sebab setiap jurang menuntut jurang yang lain dan setiap kedalaman menuntut kedalamannya.

Saat perpisahan telah tiba; saat Yesus bertindak. Dengan itu, hari yang menakutkan akan kepergian-Nya dari Nazaret telah tiba.

Yesus telah berbicara secara panjang lebar kepadaku mengenai misi-Nya dan buah-buah yang akah diperoleh bagi-Nya dan bagi semua orang; Ia telah membuatku mencintainya sebelumnya. Itulah sebabnya, perlu bagi kami untuk berpisah, bahkan meski hanya untuk waktu yang singkat…. Ia menyampaikan salam perpisahan, mencium kami, dan pergi menyongsong misi-Nya sebagai guru umat manusia. Tetapi, kepergian-Nya tidaklah lolos dari perhatian orang di dusun kecil di mana Yesus begitu dikasihi.

Ada gerak-laku kasih, berkat dan, sebab mereka tidak tahu mengenai hal baik yang akan dilakukan Yesus, orang-orang yang tak berpendidikan tetapi murah hati ini menganggapnya sebagai suatu kerugian.

Dan aku, di antara begitu banyak ungkapan kasih, bagaimanakah perasaanku? Limpah ruah kasih dicurahkan atasku, tetapi Ia tidak berlambat barang semenit pun dalam kepergian-Nya. Yesusku tahu apa yang menanti-Nya setelah pewarta-Nya. Ia telah megatakan kepadaku begitu banyak kali dan begitu sering mengenai kemunafikan kaum Farisi dan yang lainnya. Dan sekarang kalian melihat-Nya pergi, seorang diri tanpaku, guna menunaikan mandat-Nya; tanpaku yang merawat-Nya tumbuh dewasa dengan kehangatan kasih hatiku; tanpaku yang memuja-Nya seperti tiada pernah seorang pun akan memuja-Nya!

Di kemudian hari aku menyusul-Nya. Aku menemukan-Nya kala Ia sedang dikerumuni oleh begitu banyak orang hingga tidaklah mungkin bagiku untuk menemui-Nya. Dan Ia, sungguh Putra Allah, memberikan kepada BundaNya suatu jawaban yang agung luhur seluhur kebijaksanaan-Nya, tetapi jawaban itu menusuk hati keibuanku hingga menembusi dari satu sisi ke sisi yang lain. Ya, aku memahami-Nya sepenuhnya, namun demikian itu tidak membebasanku dari dukacita. Terhadap hubungan manusia, Ia menjawab dengan hubungan Ilahi di mana aku termasuk di dalamnya, itu benar; namun demikian, tanggapan orang-orang lain menyakiti hatiku.

Tikaman pertama diikuti dengan sukacita melihat kebesaran-Nya, melihat-Nya dihormati, dipuja, dan dikasihi orang banyak; dan segera saja luka ini pun pulih kembali.

Aku berkelana bersama-Nya, terpesona oleh pengetahuan-Nya, terhibur oleh pengajaran-pengajarannya, dan aku tiada pernah lelah mengasihi dan mengagumi-Nya.

Kemudian terjadilah perselisihan pertama-Nya dengan kaum Sanhedrin [= Mahkamah Agama]. Mukjizat terjadi: mukjizat yang menyulut begitu banyak kekacauan dalam benak imam-imam Yahudi yang congkak. Ia dibenci, dianiaya, dimata-matai, dan dicobai. Sementara aku? Aku tahu semuanya dan sejak dari saat itu, dengan tangan terkedang, aku mempersembahkan holocaust [= kurban bakaran] Putraku, penyerahan DiriNya, dan kematian-Nya yang keji dan ngeri ke dalam tangan-tangan kasih Bapa. Aku sudah tahu mengenai Yudas; aku tahu pohon mana yang kayunya akan diambil untuk Salib Putraku.

Kalian tidak akan dapat membayangkan tragedi terdalam yang aku lalui bersama Yesusku, agar Penebusan dapat digenapi.

Telah aku katakan sebelumnya: Co-redemptrix. Untuk ini, dukacita biasa tidaklah cukup. Dibutuhkan suatu persatuan yang terlebih intim dengan sengsara-Nya yang dahsyat agar segenap umat manusia dapat ditebus. Jadi, sementara aku berkelana dari satu kota ke kota lain bersama-Nya, aku menjadi semakin dan semakin paham mengenai jeritan patah hati yang diluahkan Putraku sepanjang begitu banyak malam tanpa tidur yang Ia lewatkan dalam doa dan meditasi. Di hadapanku, setiap keadaan benak-Nya dinyatakan dan sungguh, Kalvariku dan Salibku telah dimulai pada waktu itu.

Begitu banyak beban pemikiran menambah dukacitaku dari hari ke hari sebab aku adalah BundaNya dan Bunda kalian! Begitu banyak dosa, segala dosa-dosa; begitu banyak derita, segala penderitaan; begitu banyak duri, segala onak duri; Yesus tidak sendirian. Ia tahu itu, dan Ia merasakannya. Ia melihat BundaNya dalam persatuan yang terus-menerus dengan-Nya. Ia menderita karenanya, terlebih lagi, karena bagi-Nya penderitaanku adalah penderitaan-Nya yang terberat.

Putraku, Putraku yang kupuja, andai saja para putera dan puteri ini tahu akan apa yang terjadi pada waktu itu antara Engkau dan aku!…

Dan saat holocaust tiba sesudah kemanisan Perjamuan Malam Paskah. Dan sesudah itu, aku harus menggabungkan diri kembali dengan orang banyak. Aku, yang mengasihi dan memuja-Nya dengan suatu cara yang unik, harus dijauhkan dari-Nya. Adakah kalian mengerti, wahai anak-anakku?

Aku tahu bahwa Yudas sedang mengambil langkah-langkah pengkhianatan, tetapi tiada suatupun yang dapat kulakukan; aku tahu bahwa Yesus mencucurkan keringat Darah di Taman, tetapi tiada suatupun yang dapat kulakukan bagi-Nya. Kemudian, mereka menangkap-Nya, menistakan-Nya, dan menjatuhkan hukuman mati keji atas-Nya.

Tak dapat kuceritakan semuanya kepada kalian. Hanya dapat aku katakan bahwa Hatiku bergolak dalam kegelisahan yang terus-menerus, suatu wadah kepahitan, ketidakpastian yang terus-menerus, suatu tempat sengsara, kepenatan dan dukacita. Dan segenap jiwa-jiwa yang kemudian akan sesat? Dan segala simoni dan penyelewengan-penyelewengan sakrilegi?

Wahai anak-anak dari dukacitaku! Jika sekarang kepada kalian diberikan rahmat untuk menderita bagiku, maka berkatilah dengan sungguh-sungguh Dia yang memberikannya kepada kalian, dan kurbankanlah diri kalian dengan tanpa ragu.

Kalian berpikir mengenai keagunganku, anak-anakku terkasih. Itu membantu kalian untuk merenungkannya; tetapi, dengarkanlah aku: janganlah kalian memikirkan aku, melainkan pikirkanlah Dia. Aku lebih suka dilupakan, jika itu mungkin! Persembahkanlah segenap cinta kasih kalian kepada Dia, kepada Yesusku, kepada Yesus kalian, kepada Yesus, kekasih kalian dan kekasih hatiku.

Demikianlah, anak-anak kecil, dukacita Hatiku adalah sebilah pedang yang terus-menerus menembusi jiwaku, hidupku. Aku merasakannya, sementara Yesus tidak. Ia menghiburku dengan Kebangkitan-Nya, ketika sukacitaku yang meluap sekonyong-konyong memulihkan segala luka-luka berdarah dalam diriku. “Putraku,” terus-menerus aku mengulang. Mengapakah begitu berduka? BundaMu di dekat-Mu. Tak cukupkah kasihku? Berapa banyak kali aku menghibur-Mu dalam kesedihan-Mu? Dan sekarang, tak dapatkah BundaMu memberi-Mu sedikit kelegaan? Ya Bapa dari Yesusku, aku tak menghendaki suatupun lebih dari yang Engkau kehendaki. Engkau tahu itu; tetapi tengoklah kalau-kalau sengsara yang begitu dahsyat itu dapat diberi sedikit kelegaan. Bunda dari PutraMu yang memohon ini dengan sangat daripada-Mu.

Dan sekarang di Kalvari, aku mengajukan protes: “Allah-ku, kembalikanlah mata itu, di mana aku memuja terang yang Engkau tanamkan di dalamnya sejak hari Engkau memberikan-Nya kepadaku! Allah Bapa, lihatlah kengerian dalam wajah kudus itu! Tidakkah Engkau dapat setidak-tidaknya menghapuskan begitu banyak Darah? Ya Bapa dari Putraku, Ya Mempelai kekasihku, ya Engkau Sendiri, Sabda yang menghendaki kemanusiaan dariku! Kiranya doa dari tangan-tangan yang terkedang ke surga dan di bumi dapat menjadi permohonan-Nya dan kesediaanku!

Lihatlah, ya Tuhan, ke tingkat mana Dia yang Engkau kasihi telah direndahkan! BundaNya ini yang memohon dengan sangat kepada-Mu untuk meringankan begitu banyak dukacita. Setelah sedikit waktu lagi, aku akan tanpa-Nya. Dengan demikian kaulku, yang aku persembahkan dari lubuk hatiku ketika di Bait Allah, akan digenapi sepenuhnya. Ya, aku akan tinggal seorang diri, tetapi ringankanlah sengsara-Nya tanpa perlu mempedulikan sengsaraku….”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *