Ada jiwa-jiwa yang merenungkan Passio-Ku, tetapi sangat sedikit saja yang berpikir mengenai persiapan-Ku untuk tampil di depan umum: betapa kesepian-Ku!
Empatpuluh hari yang Aku lewatkan di sisi bukit adalah jam-jam yang paling menyengsarakan dalam hidup-Ku sebab Aku melewatkannya sama sekali dalam kesendirian, mempersiapkan RohKu yang akan datang. Aku menanggung lapar, haus, putus asa dan kepahitan. Aku tahu bahwa bagi mereka-mereka itu kurban-Ku akan sia-sia belaka, sebab mereka akan menyangkal Aku. Dalam kesendirian itu Aku mengerti bahwa baik ajaran-ajaran-Ku yang baru maupun kurban-kurban serta mukjizat-mukjizat-Ku tidak akan dapat menyelamatkan bangsa Yahudi yang akan menjadi pembantai Tuhan.
Namun demikian, Aku harus menunaikan kewajiban-Ku, Misi Ilahi. Aku harus pertama-tama menanamkan benih-Ku dan kemudian wafat. Betapa menyedihkannya hal ini, dipandang dari sudut pandang manusia.
Aku juga seorang manusia dan merasakan kesedihan dan penderitaan. Aku mendapati DiriKu sama sekali sendirian! Aku mematiragakan Tubuh-Ku dengan berpuasa dan RohKu dengan doa. Aku berdoa bagi segenap umat manusia yang akan menyangkal-Ku, yang akan mengurbankan-Ku begitu banyak kaliā¦.
Aku dicobai sama seperti makhluk fana lainnya, dan Setan tidak akan pernah terlebih ingin tahu siapakah manusia yang tinggal dalam kesendirian dan keterasingan begitu rupa.
Renungkanlah segala sesuatu yang harus Aku alami agar dapat menyelamatkan manusia, agar dapat bertahta dalam hatinya, agar memungkinkannya masuk ke dalam Kerajaan Bapa-Ku.